Kamis, 11 Juli 2013

Feasibility Study future opportunity Global Marketing PRODUK SARUNG TANGAN LATEKS




LATAR BELAKANG
            Prospek perdagangan karet alam di pasar dunia dinilai sangat cerah. Harga karet alam di pasar internasional kurun waktu terakhir cenderung terus meningkat. Pada 2001 harga karet alam berada pada posisi US $ sen 50 dan pada tahun 2006 telah mencapai angka di atas US $ 2/kg. harga yang cukup tinggi ini diperkirakan masih akan tetap bertahan hingga 2020. Kondisi ini menimbulkan minat yang sangat tinggi bagi para pelaku usaha agribisnis karet. Di samping merehabilitasi kebun yang ada, para petani/pekebun cenderung memperluas arealnya. Calon investor terinsentif untuk membangun pabrik-pabrik pengolahan crumb rubber baru di beberapa provinsi, mengantisipasi meningkatnya pro-duksi karet rakyat di wilayah sentra produksi terutama di Sumatera dan Kalimantan.
            Konsumsi karet alam dan karet sintetik dunia yang pada tahun 2004 baru mencapai 20,03 juta ton akan meningkat mencapai 28,67 juta ton pada tahun 2020, diantaranya 11,5 juta ton adalah karet alam. Indonesia diharapkan dapat memasok 3,5 juta ton. Pada jangka panjang diperkirakan terdapat kekurangan pasok yang tidak saja disebabkan oleh permintaan dunia yang meningkat dengan cepat tetapi juga 2 diantara 3 negara penghasil karet alam yaitu Malaysia dan Thailand akan mengalami kendala peningkat-an produksi di samping kemungkinan men-jadi generasi baru dari Newly Industrialized Countries (NICs), yang akan cenderung meninggalkan agrobisnis karet di hulu. Indonesia diharapkan dapat mengisi ke-kurangan pasok untuk kebutuhan dunia.
            Menurut hasil data statistic Indonesia adalah Negara yang memiliki lahan perkebunan karet terbesar di dunia diikuti oleh Thailand dan Malaysia. Sejak tahun 2007 kajian peluang investasi pengembangan industri karet dan turunannya menunjukkan terdapat 5  (lima) jenis industri yang memiliki peluang investasi dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Kelima jenis industri tersebut adalah crum rubber, lateks pekat, sarung tangan karet, conveyor belt dan ban vulkanisir.  Tetapi dari kelima jenis industri maka sarung tangan lateks adalah salah satu produk yang memiliki potensi  pasar yang luas di dalam negeri maupun luar negeri.
ANALISA SWOT 
STRENGHT
1. Sarung tangan steril merupakan salah satu produk non komoditi dengan bahan baku karet yang bisa menjadi salah satu produk non komoditi andalan bagi negara Indonesia. Sebagai salah satu negara penghasil karet terbesar dunia maka produk ini memiliki sumber daya bahan baku yang dapat dengan mudah diperoleh di dalam negeri. Potensi kekayaan alam karetl lateks ada dibeberapa daerah seperti sumatera, Kalimantan, jawa barat, dan jawa timur.
2. Indonesia memiliki lahan karet terluas di dunia yaitu sebesar 3,4 juta hektar.
3. Semua Negara di dunia yang memiliki rumah sakit membutuhkan sarung tangan steril. Dari sisi bentuk sarung tangan memiliki bentuk yang sama dan standard. Pemakaiannya adalah pemakaian fisik luar tubuh manusia sehingga tidak membutuhkan struktur khusus. Dari sisi sosial budaya dan agama sarung tangan lateks bersifat universal dibutuhkan oleh hampir semua negara karena target pasarnya dibutuhkan diseluruh dunia yaitu para tenaga medis, mahasiswa kedokteran, para petugas laboratorium kimia, klinik, industri kimia dan makanan.
4.  Pabrik-pabrik sarung tangan karet di Indonesia pada awalnya dibangun mendekati sumber bahan baku, karena pertimbangan kemudahan jaminan suplai dan pengiriman lateks pekat. Dalam prakteknya pasokan lateks pekat dari dalam negeri tidak dapat selalu diandalkan, sehingga terpaksa meng-impor karena tuntutan permintaan untuk ekspor sarung tangan relatif tinggi. Pertimbangan mendirikan pabrik sarung tangan yang dekat dengan sumber bahan baku masih tetap kuat. Hal ini didasarkan pada pertimbangan sebagian besar pasokan lateks pekat masih bisa dipenuhi dari dalam negeri, sisanya baru diimpor. Pada Tabel 1. disajikan data nama perusahaan yang bergerak dalam produksi lateks pekat serta lokasi pabriknya.




Tabel 1. Perusahaan produsen lateks pekat di Indonesia.
No
Nama Perusahaan Name of Companies
Lokasi Location
Kap, ton/th Cap, ton/year
1
PT. Medisafe Technologies
Sumut/North Sumatera
5,000
2
PT. Perkebunan Nusantara II
Sumut/North Sumatera
-
3
PT. Perkebunan Nusantara III
Sumut/North Sumatera
8,900
4
PT. Gotong Royong Jaya
Sumut/North Sumatera
600
5
PT. Bakrie Sumatera Plantation
Sumut/North Sumatera
9,000
6
PT. Hevea Separindo
Sumut/North Sumatera
4,600
7
PT. Sri Sumatera Sejahtera
Sumut/North Sumatera
3,000
8
PT. Mardec Nusa Riau
Riau/Riau
5,000
9
PT. Adei Plantation & Industry
Riau/Riau
3,000
10
PT. Cakrawala
Sumsel/South Sumatera
4,500
11
PT. Swasti Paramulia
Sumsel/South Sumatera
6,000
12
PT. Huma Indah Mekar
Lampung/Lampung
6,000
13
PT. Cakung Permata Nusa
Kalsel/South Kalimantan
5,300
14
PTP Nusantara VIII
Jabar/Wes Java
6,600
15
PTP Nusantara IX
Jateng/Central Java
4,500
16
PTP Nusantara XII
Jatim/East Java
-
T o t a l
72,000







WEAKNESS
1. Sebagai Negara pemilik lahan terluas, produk karet Indonesia masih kalah jumlahnya dari Negara Thailand yang memiliki lahan lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia.
2. Kualitas karet lateks produk Indonesia belum memenuhi standard sehignga walaupun lahannya lebih luas hasil yang diperoleh masih lebih kecil dibandingkan dengan negara thailand sebagai penghasil komoditi karet dunia terbesar
3. Dari sisi teknologi pabrik sarung tangan lateks pernah terancam gulung tikar ketika terjadi kenaikan harga gas. Kasus ini mengakibat kan Investor Malaysia merelokasi dua pabriknya ke Negaranya.
OPPORTUNITY
1. Sarung tangan karet banyak digunakan untuk keperluan medis, para petugas laboratorium, klinik, industri kimia, dan industri makanan.
2. Permintaan kebutuhan sarung tangan karet meningkat 20% per tahun terutama di negara-negara Afrika dan Asia.
3. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan kesadaran terhadap pencegahan penyakit penggunaan sarung tangan semakin meluas. Terutama ke negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang.
4. Peluang pasar ekspor sarung tangan Indonesia 2010-2030
Tahun
2010
2015
2020
2025
2030
Peluang Pasar (juta pcs)
9.840
12.800
17.900
24.600
31.944

Tabel diatas adalah prediksi kebutuhan sarung tangan latek dunia hingga tahun 2030.
5. Malaysia dan Thailand akan mengalami kendala peningkatan industri sarung tangan lateks karena makin menipisnya sumber bahan baku di Negara tersebut akibat keterbatasan lahan.
6. Pasar Negara-negara Afrika dan Asia masih sangat luas. Seiring dengan perkembangan tehnolology dan penduduk serta semakin bertambahnya wawasan.
7. Malaysia sebagai Market Leader produksi sarung tangan lateks sendiri banyak membangun perusahaan di Indonesia. Tahun 2010 Malaysia mulai melirik Indonesia dan berniat melakukan investasi secara besar-besaran membangun pabrik sarung tangan lateks di Indonesia.
8. Ternyata ekspor karet terbesar Indonesia adalah ke Cina dan Malaysia. Sementara Cina menggunakannya untuk memproduksi sarung tangan sintetis. Cina menguasai produksi sarung tangan sintetis 90% dari seluruh produksi dunia.
9. Harga sarung tangan lateks yang terus meningkat. Saat ini, harga sarung tangan karet dunia sedang meningkat sekitar 15% - 20% atau senilai US$ 26 – US$ 30 per 1.000 pieces.
10. Penggunaan sarung tangan steril ini juga sangat intens karena satu pasang sarung tangan digunakan untuk satu kali pemakaian kemudian dibuang. Sehingga kebutuhannya untuk satu rumah sakit saja bisa berjumlah ribuan dalam ukuran bulan.
11. Sektor ini belum banyak dilirik oleh para pengusaha di Indonesia karena sebagian besar industri sarung tangan karet di dalam negeri didominasi investor Malaysia. Dari 13 perusahaan sarung tangan karet di Indonesia, dua perusahaan di antaranya berlokasi di Jawa Barat dan lainnya di Sumatra Utara.
THREATS
1. Kurang lebih ada 13 pabrik sarung tangan lateks di Indonesia yang menghasilkan produk lini yang berbeda. Beberapa diantaranya adalah milik Malaysia.
2. Malaysia adalah market leader di industri sarung tangan lateks dan menguasai pangsa pasar lebih dari 50% kebutuhan sarung tangan lateks dunia.
3. Thailand menguasai kurang lebih 20-30% pangsa pasar sarung tangan lateks.
4. Produk sarung tangan sintetis datang dari Cina yang menguasai 90% produksi sarung tangan sintetis dengan harga yang sangat bersaing.
Segmentasi Targeting dan Positioning
Segmentasi Pasar
-          Pemakai terbesar sarung tangan lateks adalah Amerika Serikat kemudian menyusul Negara-negara lain.
-          Indonesia bisa melirik Negara-negara kawasan Asia Tenggara seperti Negara yang lain adalah Philipine yang sedang membangun sektor industrinya.dan Brunei. Namun penentuan segmentasi perlu dipikirkan di evaluasi ulang untuk memilih Negara yang dituju.
-          Alternatif lain adalah Jepang yang memiliki perkembangan industri yang pesat. Pertimbangan Negara Jepang karena Negara ini senantiasa erat kaitannya dengan perkembangan teknologi industri di berbagai bidang. Sarung tangan lateks perngguna terbesarnya adalah pasar industri, kimia, dan medis.
Targeting
-          Strategi yang digunakan adalah Standardized Global Marketing perusahaan menawarkan bauran pemasaran yang sama kepada pelanggan potensial.
-          Kemudian strategi bertahap akan berubah tergantung dari permintaan calon pelanggan dengan Differentiated Global Marketing.
-          Targeting bertujuan untuk memenuhi permintaan pasar medis dan industri, kimia, dan laboratorium.
Positioning
-          Perlu tinjauan ulang terhadap nama produk yang mencerminkan atribut produk dan memiliki arti yang bermanfaat dalam bahasa yang sesuai dengan negara yang dituju.
MARKETING MIX
1. Produuct
            Karakteristik Produk
-          Kualitas alam lateks digunakan untuk memproduksi sarung tangan lateks. Sarung tangan ini memiliki permukaan ganda yang halus. Bagian dalam dan bagian luarnya memiliki permukaan yang halus. Digunakan oleh kalangan medis kedokteran [ada saat melakukan operasi atau terlibat dalam aktifitas resiko tinggi dan pekerjaan berat dalam bidang kedokteran.
-          Permukaan sarung tangan melekat bagaikan kulit kedua sehingga memudahkan dalam bekerja. Dibuat dalam berbagai ukuran dari mulai S, M, L, XL
-          Menghindari kasus alergi pada sarung tangan lateks maka pembuatannya harus mengikuti standard international sarung tangan lateks yaitu:
1. Batas maksimum kadar protein pada sarung tangan medis adalah u g 1200 kg protein/sarung tangan atau  u g 150 kg protein/gram karet.
2. Produk sarung tangan lateks Indonesia sekarang ini masih mengandung u g  1500 kg- u g2000kg/sarung tangan
2. Price
            Harga sarung tangan karet sedang meningkat sekitar 15%-20% atau senilai US$ 26-US$ 30 per 1000 pieces (data tahun 2010) (Data tahung 2011-2013 belum bisa diperoleh)
No
Uraian / Description
Rp (Jumlah)
%
A
Komponen Investasi / Investment Component


1.
Tanah dan bangunan
6.000.000.000
5,99
2.
Mesin dan peralatan
93.000.000.000
92,85
3
Instalasi penunjang
250.000.000
0,25
4
Alat kantor dan transportasi
388.750.000
0,39
5
Biaya pra operasi
525.000.000
0,52

Sub total
100.163.750.000
100,00
B
Modal kerja 3 bulan
19.880.192.264

C
Bunga masa konstruksi
9.792.499.750


Total A+B+C
129.792.499.750


Tabel diatas adalah biaya investasi dan modal harga industri sarung tangan lateks kapasitas 960 pcs/tahun.
Berikut ini adalah struktur biaya produksi industri untuk industri sarung tangan lateks dengan kapasitas 960 juta pcs/tahun.
No
Uraian Komponen
IDR/pcs
%
1.
Natural Rubber/Karet Alam dan Chemicals
91,53
80,39
2.
Staff Salary/Gaji Karyawan
2,11
1,85
3.
Penyusutan
0,27
0,24
4.
Tenaga kerja
4,56
4,00
5.
Biaya utilitas
2,31
2,03
6.
Modal
10,61
9,32
7.
Others/lain-lain
2,47
2,17

Biaya produksi
113,86
100,00

Biaya produksi pada industri sarung tangan setiap kg produk sarung tangan adalah Rp. 113,8 yang tersusun atas beberapa komponen biaya. Komponen terbesar dan dominan dalam biaya produksi sarung tangan adalah biaya bahan baku penolong berupa lateks pekat dan bahan kimia kompon lateks sebesar 80,4 % dari total biaya produksi. Komponen lain yang relatif besar peranannya adalah model+utilitas.
Promotion
-          Memperhatikan bentuk saluran dan ketentuan mengenai saluran distribusi yang berlaku di Negara tersebut.
-          Kemasan dibuat dengan memperhatikan kondisi sosial budaya terutama bahasa.
Tempat (Place)
            Lokasi yang disarankan untuk pembangunan pabrik
No
Provinsi
Prioritas
1.
Sumatera Utara
I
2.
Jawa Barat
II
3.
Kalimantan Selatan
III
4.
Riau
IV
5.
Jambi
V
6.
Kalimantan Tengah
VI
7.
Kalimantan Barat
VII
8.
Kalimantan Selatan
VIII
9.
Provinsi lainnya
IX

-          Provinsi Sumatera Utara memiliki potensi tertinggi karena:
a. Jumlah penduduknya terbesar setelah Jawa Barat, Jatim, dan JAteng.
b. Terletak berbatasan dengan Malaysia dan memiliki kesiapan sarana dan prasarana yang memadai.
c. Pelabuhan ekspornya banyak tersedia terutama Belawan dimana setiap tahunnya hampor 90% produk karet di ekspor atau dikirim ke provinsi lain melalui pelabuhan ini.
d. Untuk keperluan energy listrik, Sumatera Utara memiliki kemampuan pasok hingga 1300 MW terutama berasal dari tenaga gas (PLTG) 123, tenaga gas uap (PLTGU) 818, tenaga air mini (PLTM) 58 MW.
e. Untuk fasilitas transportasi terdapat sekitar 29.000 km panjang jalan.
f. Terdapa satu wilayah yang telah khusus di bangun untuk pembangunan industri Besar sasarannya  yaitu kawasan industri Medan (KIM)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar