LATAR BELAKANG
Prospek perdagangan karet alam di
pasar dunia dinilai sangat cerah. Harga karet alam di pasar internasional kurun
waktu terakhir cenderung terus meningkat. Pada 2001 harga karet alam berada
pada posisi US $ sen 50 dan pada tahun 2006 telah mencapai angka di atas US $
2/kg. harga yang cukup tinggi ini diperkirakan masih akan tetap bertahan hingga
2020. Kondisi ini menimbulkan minat yang sangat tinggi bagi para pelaku usaha
agribisnis karet. Di samping merehabilitasi kebun yang ada, para petani/pekebun
cenderung memperluas arealnya. Calon investor terinsentif untuk membangun
pabrik-pabrik pengolahan crumb rubber baru di beberapa provinsi, mengantisipasi
meningkatnya pro-duksi karet rakyat di wilayah sentra produksi terutama di
Sumatera dan Kalimantan.
Konsumsi karet alam dan karet
sintetik dunia yang pada tahun 2004 baru mencapai 20,03 juta ton akan meningkat
mencapai 28,67 juta ton pada tahun 2020, diantaranya 11,5 juta ton adalah karet
alam. Indonesia diharapkan dapat memasok 3,5 juta ton. Pada jangka panjang
diperkirakan terdapat kekurangan pasok yang tidak saja disebabkan oleh
permintaan dunia yang meningkat dengan cepat tetapi juga 2 diantara 3 negara
penghasil karet alam yaitu Malaysia dan Thailand akan mengalami kendala
peningkat-an produksi di samping kemungkinan men-jadi generasi baru dari Newly
Industrialized Countries (NICs), yang akan cenderung meninggalkan agrobisnis
karet di hulu. Indonesia diharapkan dapat mengisi ke-kurangan pasok untuk
kebutuhan dunia.
Menurut
hasil data statistic Indonesia adalah Negara yang memiliki lahan perkebunan
karet terbesar di dunia diikuti oleh Thailand dan Malaysia. Sejak tahun 2007
kajian peluang investasi pengembangan industri karet dan turunannya menunjukkan
terdapat 5 (lima) jenis industri yang
memiliki peluang investasi dalam kurun waktu beberapa tahun mendatang. Kelima
jenis industri tersebut adalah crum rubber, lateks pekat, sarung tangan karet,
conveyor belt dan ban vulkanisir. Tetapi dari
kelima jenis industri maka sarung tangan lateks adalah salah satu produk yang
memiliki potensi pasar yang luas di
dalam negeri maupun luar negeri.
ANALISA
SWOT
STRENGHT
1. Sarung
tangan steril merupakan salah satu produk non komoditi dengan bahan baku karet
yang bisa menjadi salah satu produk non komoditi andalan bagi negara Indonesia.
Sebagai salah satu negara penghasil karet terbesar dunia maka produk ini
memiliki sumber daya bahan baku yang dapat dengan mudah diperoleh di dalam
negeri. Potensi kekayaan alam karetl lateks ada
dibeberapa daerah seperti sumatera, Kalimantan, jawa barat, dan jawa timur.
2. Indonesia memiliki lahan karet
terluas di
dunia yaitu sebesar 3,4 juta hektar.
3. Semua Negara di dunia yang memiliki
rumah sakit membutuhkan sarung tangan steril. Dari sisi bentuk sarung tangan
memiliki bentuk yang sama dan standard. Pemakaiannya adalah pemakaian fisik
luar tubuh manusia sehingga tidak membutuhkan struktur khusus. Dari sisi
sosial budaya dan agama sarung tangan lateks bersifat universal dibutuhkan oleh
hampir semua negara karena target pasarnya dibutuhkan diseluruh dunia yaitu
para tenaga medis, mahasiswa kedokteran, para petugas laboratorium kimia,
klinik, industri
kimia dan makanan.
4. Pabrik-pabrik
sarung tangan karet di Indonesia pada awalnya dibangun mendekati sumber bahan
baku, karena pertimbangan kemudahan jaminan suplai dan pengiriman lateks pekat.
Dalam prakteknya pasokan lateks pekat dari dalam negeri tidak dapat selalu
diandalkan, sehingga terpaksa meng-impor karena tuntutan permintaan untuk
ekspor sarung tangan relatif tinggi. Pertimbangan mendirikan pabrik sarung
tangan yang dekat dengan sumber bahan baku masih tetap kuat. Hal ini didasarkan
pada pertimbangan sebagian besar pasokan lateks pekat masih bisa dipenuhi dari
dalam negeri, sisanya baru diimpor. Pada Tabel 1. disajikan data nama
perusahaan yang bergerak dalam produksi lateks pekat serta lokasi pabriknya.
Tabel 1.
Perusahaan produsen lateks pekat di Indonesia.
No
|
Nama Perusahaan
Name of Companies
|
Lokasi Location
|
Kap, ton/th Cap,
ton/year
|
|
1
|
PT. Medisafe Technologies
|
Sumut/North Sumatera
|
5,000
|
|
2
|
PT. Perkebunan Nusantara II
|
Sumut/North Sumatera
|
-
|
|
3
|
PT. Perkebunan Nusantara III
|
Sumut/North Sumatera
|
8,900
|
|
4
|
PT. Gotong Royong Jaya
|
Sumut/North Sumatera
|
600
|
|
5
|
PT. Bakrie Sumatera Plantation
|
Sumut/North Sumatera
|
9,000
|
|
6
|
PT. Hevea Separindo
|
Sumut/North Sumatera
|
4,600
|
|
7
|
PT. Sri Sumatera Sejahtera
|
Sumut/North Sumatera
|
3,000
|
|
8
|
PT. Mardec Nusa Riau
|
Riau/Riau
|
5,000
|
|
9
|
PT. Adei Plantation & Industry
|
Riau/Riau
|
3,000
|
|
10
|
PT. Cakrawala
|
Sumsel/South Sumatera
|
4,500
|
|
11
|
PT. Swasti Paramulia
|
Sumsel/South Sumatera
|
6,000
|
|
12
|
PT. Huma Indah Mekar
|
Lampung/Lampung
|
6,000
|
|
13
|
PT. Cakung Permata Nusa
|
Kalsel/South Kalimantan
|
5,300
|
|
14
|
PTP Nusantara VIII
|
Jabar/Wes Java
|
6,600
|
|
15
|
PTP Nusantara IX
|
Jateng/Central Java
|
4,500
|
|
16
|
PTP Nusantara XII
|
Jatim/East Java
|
-
|
|
T o t a l
|
72,000
|
|||
WEAKNESS
1. Sebagai Negara pemilik lahan terluas, produk
karet Indonesia masih kalah jumlahnya dari Negara Thailand yang memiliki lahan
lebih kecil dibandingkan dengan Indonesia.
2. Kualitas karet lateks produk Indonesia belum memenuhi standard
sehignga walaupun lahannya lebih luas hasil yang diperoleh masih lebih kecil
dibandingkan dengan negara thailand sebagai penghasil komoditi karet dunia
terbesar
3. Dari sisi teknologi pabrik sarung tangan lateks
pernah terancam gulung tikar ketika terjadi kenaikan harga gas. Kasus ini mengakibat kan Investor
Malaysia merelokasi dua pabriknya ke Negaranya.
OPPORTUNITY
1. Sarung tangan karet banyak digunakan untuk
keperluan medis, para petugas laboratorium, klinik, industri kimia, dan
industri makanan.
2. Permintaan kebutuhan sarung tangan karet meningkat
20% per tahun terutama di negara-negara Afrika dan Asia.
3. Sejalan dengan pertambahan penduduk dan kesadaran
terhadap pencegahan penyakit penggunaan sarung tangan semakin meluas. Terutama
ke negara-negara maju dan juga negara-negara berkembang.
4. Peluang pasar ekspor sarung tangan Indonesia
2010-2030
Tahun
|
2010
|
2015
|
2020
|
2025
|
2030
|
Peluang
Pasar (juta pcs)
|
9.840
|
12.800
|
17.900
|
24.600
|
31.944
|
Tabel diatas adalah prediksi kebutuhan sarung tangan
latek dunia hingga tahun 2030.
5. Malaysia dan Thailand akan mengalami kendala
peningkatan industri sarung tangan lateks karena makin menipisnya sumber bahan
baku di Negara tersebut akibat keterbatasan lahan.
6. Pasar Negara-negara Afrika dan Asia masih sangat luas. Seiring dengan perkembangan
tehnolology dan penduduk serta semakin bertambahnya wawasan.
7. Malaysia sebagai Market Leader produksi sarung
tangan lateks sendiri banyak membangun perusahaan di Indonesia. Tahun 2010
Malaysia mulai melirik Indonesia dan berniat melakukan investasi secara
besar-besaran membangun pabrik sarung tangan lateks di Indonesia.
8. Ternyata ekspor karet terbesar Indonesia adalah ke
Cina dan Malaysia. Sementara Cina menggunakannya untuk memproduksi sarung
tangan sintetis. Cina menguasai produksi sarung tangan sintetis 90% dari
seluruh produksi dunia.
9. Harga sarung tangan lateks yang terus meningkat. Saat ini, harga sarung tangan karet
dunia sedang meningkat sekitar 15% - 20% atau senilai US$ 26 – US$ 30 per 1.000
pieces.
10. Penggunaan sarung tangan steril ini
juga sangat intens karena satu pasang sarung tangan digunakan untuk satu kali
pemakaian kemudian dibuang. Sehingga kebutuhannya untuk satu rumah sakit saja
bisa berjumlah ribuan dalam ukuran bulan.
11. Sektor ini belum banyak dilirik oleh para
pengusaha di Indonesia karena sebagian besar industri sarung tangan karet di
dalam negeri didominasi investor Malaysia. Dari 13 perusahaan sarung tangan
karet di Indonesia, dua perusahaan di antaranya berlokasi di Jawa Barat dan
lainnya di Sumatra Utara.
THREATS
1. Kurang lebih ada 13 pabrik sarung tangan lateks di
Indonesia yang menghasilkan produk lini yang berbeda. Beberapa diantaranya
adalah milik Malaysia.
2. Malaysia adalah market leader di industri sarung
tangan lateks dan menguasai pangsa pasar lebih dari 50% kebutuhan sarung tangan
lateks dunia.
3. Thailand menguasai kurang lebih 20-30% pangsa pasar
sarung tangan lateks.
4. Produk sarung tangan sintetis datang dari Cina yang
menguasai 90% produksi sarung tangan sintetis dengan harga yang sangat
bersaing.
Segmentasi Targeting dan Positioning
Segmentasi
Pasar
-
Pemakai terbesar sarung tangan
lateks adalah Amerika Serikat kemudian menyusul Negara-negara lain.
-
Indonesia bisa melirik
Negara-negara kawasan Asia Tenggara seperti Negara yang lain adalah Philipine yang sedang membangun
sektor industrinya.dan Brunei. Namun penentuan
segmentasi perlu dipikirkan di evaluasi ulang untuk memilih Negara yang dituju.
-
Alternatif lain adalah Jepang yang
memiliki perkembangan industri yang pesat. Pertimbangan Negara Jepang karena
Negara ini senantiasa erat kaitannya dengan perkembangan teknologi industri di
berbagai bidang. Sarung tangan lateks perngguna terbesarnya adalah pasar
industri, kimia, dan medis.
Targeting
-
Strategi yang digunakan adalah
Standardized Global Marketing perusahaan menawarkan bauran pemasaran yang sama
kepada pelanggan potensial.
-
Kemudian strategi bertahap akan
berubah tergantung dari permintaan calon pelanggan dengan Differentiated Global
Marketing.
-
Targeting bertujuan untuk memenuhi
permintaan pasar medis dan industri, kimia, dan laboratorium.
Positioning
-
Perlu tinjauan ulang terhadap nama
produk yang mencerminkan atribut produk dan memiliki arti yang bermanfaat dalam
bahasa yang sesuai dengan negara yang
dituju.
MARKETING
MIX
1. Produuct
Karakteristik
Produk
-
Kualitas alam lateks digunakan
untuk memproduksi sarung tangan lateks. Sarung tangan ini memiliki permukaan
ganda yang halus. Bagian dalam dan bagian luarnya memiliki permukaan yang
halus. Digunakan oleh kalangan medis kedokteran [ada saat melakukan operasi
atau terlibat dalam aktifitas resiko tinggi dan pekerjaan berat dalam bidang
kedokteran.
-
Permukaan sarung tangan melekat
bagaikan kulit kedua sehingga memudahkan dalam bekerja. Dibuat dalam berbagai ukuran dari
mulai S, M, L, XL
-
Menghindari kasus alergi pada
sarung tangan lateks maka pembuatannya harus mengikuti standard international
sarung tangan lateks yaitu:
1. Batas
maksimum kadar protein pada sarung tangan medis adalah u g 1200 kg
protein/sarung tangan atau u g 150 kg
protein/gram karet.
2. Produk
sarung tangan lateks Indonesia sekarang ini masih mengandung u g 1500 kg- u g2000kg/sarung tangan
2. Price
Harga
sarung tangan karet sedang meningkat sekitar 15%-20% atau senilai US$ 26-US$ 30
per 1000 pieces (data tahun 2010) (Data tahung 2011-2013 belum bisa diperoleh)
No
|
Uraian /
Description
|
Rp
(Jumlah)
|
%
|
A
|
Komponen
Investasi / Investment Component
|
|
|
1.
|
Tanah
dan bangunan
|
6.000.000.000
|
5,99
|
2.
|
Mesin
dan peralatan
|
93.000.000.000
|
92,85
|
3
|
Instalasi
penunjang
|
250.000.000
|
0,25
|
4
|
Alat
kantor dan transportasi
|
388.750.000
|
0,39
|
5
|
Biaya
pra operasi
|
525.000.000
|
0,52
|
|
Sub
total
|
100.163.750.000
|
100,00
|
B
|
Modal
kerja 3 bulan
|
19.880.192.264
|
|
C
|
Bunga
masa konstruksi
|
9.792.499.750
|
|
|
Total A+B+C
|
129.792.499.750
|
|
Tabel diatas adalah biaya
investasi dan modal harga industri sarung tangan lateks kapasitas 960
pcs/tahun.
Berikut ini adalah struktur biaya
produksi industri untuk industri sarung tangan lateks dengan kapasitas 960 juta
pcs/tahun.
No
|
Uraian
Komponen
|
IDR/pcs
|
%
|
1.
|
Natural
Rubber/Karet Alam dan Chemicals
|
91,53
|
80,39
|
2.
|
Staff
Salary/Gaji Karyawan
|
2,11
|
1,85
|
3.
|
Penyusutan
|
0,27
|
0,24
|
4.
|
Tenaga
kerja
|
4,56
|
4,00
|
5.
|
Biaya
utilitas
|
2,31
|
2,03
|
6.
|
Modal
|
10,61
|
9,32
|
7.
|
Others/lain-lain
|
2,47
|
2,17
|
|
Biaya produksi
|
113,86
|
100,00
|
Biaya produksi pada industri sarung
tangan setiap kg produk sarung tangan adalah Rp. 113,8 yang tersusun atas
beberapa komponen biaya. Komponen terbesar dan dominan dalam biaya produksi
sarung tangan adalah biaya bahan baku penolong berupa lateks pekat dan bahan
kimia kompon lateks sebesar 80,4 % dari total biaya produksi. Komponen lain
yang relatif besar peranannya adalah model+utilitas.
Promotion
-
Memperhatikan bentuk saluran dan
ketentuan mengenai saluran distribusi yang berlaku di Negara tersebut.
-
Kemasan dibuat dengan memperhatikan
kondisi sosial budaya terutama bahasa.
Tempat
(Place)
Lokasi
yang disarankan untuk pembangunan pabrik
No
|
Provinsi
|
Prioritas
|
1.
|
Sumatera
Utara
|
I
|
2.
|
Jawa
Barat
|
II
|
3.
|
Kalimantan
Selatan
|
III
|
4.
|
Riau
|
IV
|
5.
|
Jambi
|
V
|
6.
|
Kalimantan
Tengah
|
VI
|
7.
|
Kalimantan
Barat
|
VII
|
8.
|
Kalimantan
Selatan
|
VIII
|
9.
|
Provinsi
lainnya
|
IX
|
-
Provinsi Sumatera Utara memiliki
potensi tertinggi karena:
a. Jumlah
penduduknya terbesar setelah Jawa Barat, Jatim, dan JAteng.
b.
Terletak berbatasan dengan Malaysia dan memiliki kesiapan sarana dan prasarana
yang memadai.
c.
Pelabuhan ekspornya banyak tersedia terutama Belawan dimana setiap tahunnya
hampor 90% produk karet di ekspor atau dikirim ke provinsi lain melalui
pelabuhan ini.
d. Untuk
keperluan energy listrik, Sumatera Utara memiliki kemampuan pasok hingga 1300
MW terutama berasal dari tenaga gas (PLTG) 123, tenaga gas uap (PLTGU) 818,
tenaga air mini (PLTM) 58 MW.
e. Untuk
fasilitas transportasi terdapat sekitar 29.000 km panjang jalan.
f. Terdapa
satu wilayah
yang telah khusus di bangun untuk pembangunan industri Besar
sasarannya yaitu kawasan industri Medan
(KIM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar