Minggu, 08 Februari 2009

ASURANSI JIWA, BERSAING DALAM PRODUK, BERPACU DENGAN SISTEM, BERGELUT DENGAN OKNUM DAN BERTAHAN DALAM KOMPETISI

Sejarah asuransi jiwa di Indonesia telah berlangsung selama puluhan tahun, tanpa terasa berlangsung tumbuh perlahan tidak hanya melawan jaman, tapi juga menghadapi penjajahan. AJB Bumiputera 1912 adalah pioneer asuransi jiwa di Indonesia. Februari 2009 berusia 97 tahun. Sebagai pioneer dibidang asuransi pendidikan bumiputera berkiprah hampir 100 tahun, sebuah prestasi usia yang cukup luar biasa bagi perjalanan sebuah perusahaan. Ditahun sembilan puluhan industri asuransi jiwa di Indonesia mulai diramaikan dengan datangnya produk2 asuransi asing yang datang untuk turut mengadu nasib dan peruntungan di Indonesia. Berbagai cara digunakan mulai dengan bekerja sama dengan asuransi pribumi seperti John Hancock dengan bumiputera, prudential dengan bank bali, AIG LIFE dengan lippo, Manulife dengan dharmala dan lain-lain. Hingga terjadi nya likuidasi beberapa bank membuat beberapa perusahaan asuransi asing mulai berjuang sendiri.

Berbagai cara digunakan untuk meraih pangsa pasar, mulai dari inovasi produk-produk asuransi pendidikan hingga, memadukan antara proteksi dan investasi dalam produk unit link yang awalnya mendapat tentangan dari berbagai pihak karna dianggap tidak dapat di kategorikan sebagai produk asuransi jiwa. Namun akhirnya produk unit link dapat diterima, Kehadiran asuransi asing tidak lantas meluruhkan semangat perusahaan asuransi jiwa pribumi terbukti tiap tahun asuransi pribumi masih tetap dapat menguasai pangsa pasar dengan pencapaian tingkat penjualan yang cukup tinggi.

Kedatangan Perusahaan Asing dengan inovasi produk dan kecanggihan sistem telekomunikasi menjadi tantangan bagi perusahaan pribumi untuk mengejar ketinggalan. Perbedaan kondisi turut mempengaruhi, tidak sulit bagi perusahaan asuransi asing yang belum memiliki jumlah kantor yang banyak untuk melakukan berbagai inovasi terhadap sistem, tetapi dilema perusahaan pribumi seperti bumiputera menjadi polemik yang rumit dan berkepanjangan dikarenakan jumlah kantor yang cukup banyak hingga ratusan diseluruh Indonesia. Kemajuan Teknologi yang begitu cepat, perubahan masyarakat yang semakin kritis dan sensitif terhadap harga sebuah produk menjadi tantangan yang cukup berat bagi perusahaan-perusahaan asuransi pribumi. Perubahan sistem juga berarti mempersiapkan SDM yang ada, agar sistem nantinya bila telah berubah tidak menjadi mubazir karena SDM yang Gaptek dan miskin pengetahuan

Bergerak dan melangkah Asuransi pribumi tak bergeming menghadapi tantangan pergerakkan dunia asuransi divisi Asuransi Jiwa perorangan, Divisi Asuransi kumpulan, divisi asuransi Jiwa executive, DPLK bumiputera, dan Bumida saling berlomba untuk meraih income dan pantang mundur berkerja keras mempertahankan existensi Perusahaan. Lebih teliti kembali bila dilihat potensi pangsa pasar seluruh divisi apabila saling bersinergi akan menjadi sebuah kekuatan yang tidak tertandingi. Namun seberapa jauhkah kesadaran ini menjadi kekuatan seluruh marketing AJB Bumiputera 1912? Perlu diteliti kembali berapa banyak personil marketing Bumiputera yang dapat melihat keluasan peluang yang ada dipasar sehingga tidak hanya dapat memperoleh income tetapi juga menjadi raja di seluruh segmen pasar dengan kemajemukan kebutuhannya. Tantangan bagi seluruh personil ditingkat pimpinan adalah membangun potensi marketingnya tidak hanya dalam kekuatan pengetahuan tentang produk Bumiputera itu sendiri secara menyeluruh tetapi juga dalam hal pengembangan wawasan potensi produktifitas dan wawasan pengetahuan produk produk pesaing.

Pasar merupakan salah satu kunci yang sangat mempengaruhi masa kejayaan suatu produk. Selama ini setelah bertahun-tahun dalam masa berdirinya Bumiputera pernah menggunakan sistem blok. lalu di Era tahun duaribuan sistem tersebut berubah dg mulai diberlakukannya sistem agen debit dan agen produksi. Kebebasan wilayah agen produksi adalah keleluasaan dalam memasarkan suatu produk. Tetapi perlu diteliti kembali sistem kerja setiap agen. Pada kenyataannya agen banyak yang masih bekerja dengan sistem lama yaitu sistem kunjungan dari rumah ke rumah dalam suatu blok. Keberanian agen dalam membuka dan menembus pasar executive di tingkat perkantoran masih sangat lemah. Pasar ditingkat executive muda masih sangat luas. Sebuah kue besar yang menanti minta dilahap sayang sekali bila kue ini dibiarkan saja dilahap para pendatang, orang-orang asing yang sangat mengerti bahwa Indonesia adalah pasar potensial bagi segala macam produk yang mereka tawarkan.

Sistem lama dengan kondisi yang sekarang layaknya mulai di teliti kembali, permasalah sering timbul saat kontrak asuransi mulai diatas tahun ke 4. Komisi agen sudah tidak ada sementara penagihan tetap harus berjalan, uang transpor yang kecil tidak sebanding dengan kerja rumit dan permasalahan yang beragam. Kasus polis hilang, keterlambatan pembayaran karena kesulitan ekonomi atau kestabilan rumah tangga pemegang polis hanya sebagian dari permasalahn yang dihadapi dan menjadi beban yang berdampak pada kinerja marketing dalam hal memantain marketnya. Belum lagi ditambah dengan persaingan antar para marketing ditingkat intern dan extern mulai dari tingkat agen hingga pimpinan.

Begitu banyak dilema yang dihadapi, begitu banyak tantangan begitu banyak rintangan,
sebuah penghargaan layak kita berikan pada kegigihan marketing asuransi jiwa dengan segala kinerjanya sebagai ujung tombak perusahaan, berjuang mempertahankan existensi perusahaan.